13.7.12

Sejarah Simamora


Kenapa ada Marga Simamora??

Sebenarnya kalau kita urutkan mulai paling awal, silsilah marga Batak mempunyai 2 orang putra, yaitu “Guru Tatea Bulan dan Raja Isombaon”, dan dari anak yang kedua ini lahirlah 3 orang putra. Dari 3 orang putra itu hanya anak pertamalah yang tinggal di Bonapasogit Pusuk Bukit (Tempat yang menjadi asal mula suku batak) yaitu Tuan Sorimangaraja.
Tuan Sorimangaraja mempunyai 3 orang istri yaitu;
1.      Si Boru Anting Malela (Nai Rassaon), Dia merupakan putri dari Guru Tatea Bulan. Dia pun melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Djulu (Ompu Raja Nabolon, gelar Nai Rassaon.
2.      Si Boru Biding Laut (Nai Ambaton). Dan dia juga putri dari Guru Tatea Bulan. Dia dikaruniai seorang putra yang bernama Tuan Sorba Jae (Raja Mangarerak), gelar Nai Ambaton.
3.      Si Boru Sanggul Baomasan (Nai Suanon), sedangkan Dia melahirkan putra yang bernama Tuan Sorbadibanua, gelar Nai Suanon.
Dari Tuan Sorbadibanua mempunyai 2 orang istri dan dikarunai 8 orang putra.
Istri Pertama yaitu Putri Sariburaja dan 5 anaknya :
1.      Si Bagot Ni Pohan
2.      Si Paet Tua
3.      Si Lahi Sabungan
4.      Si Raja Oloan
5.      Si Raja Huta Lima
Istri Kedua yaitu Boru Sibasopaet, putrid Mojopahit dan 3 anaknya:
1.      Si Raja Sumba
2.      Si Raja Sobu
3.      Toga Naipospos
Dari perkawinan dengan Boru Panda Nauli, Raja Sumba dianugerahi 2 orang putra yaitu “Simamora dan Sihombing”. Anak yang tertua yaitu Simamora mempunyai keturunan Purba, Manalu, dan Debataraja sedangkan Sihombing mempunyai keturunan Silaban, Nababan, dan Lumban Toruan. Dan ketujuh keturunan tersebut secara secara terus-menerus menempati Tipang hingga saat ini dan yang lebih penting pembagian warisan sawah dan ladang diatur dengan musyawarah dan damai secar turun-menurun.

Ala Tipang….Tipang….Tipamg…..Hutaku!!
Tipang diyakini sebagai Bonapasogit dari Raja Sumba (yang digelari sebagai Sumba Napaduahon) yang merupakan salah satu anak dari Ompu Tuan Sorba Dibanua yang delapan orang itu. Setelah menikahi Boru Pandan Nauli, yaitu putri dari Raja Lontung dari negeri Sabulan, Raja Sumba berangkat menyisir ke arah selatan dan membuka perkampungan disalah satu tempat yang kemudian dinamai Tipang.
Menurut Geografis Pemerintahan, Tipang terletak dalam wilayah Kecamatan Bakti Raja (Singkatan dari Bakkara, Tipang, dan Janiraja) Kabupaten Humbang Hasundutan dan saat ini dihuni oleh lebih dari 450 kepala keluarga dan 1.725 jiwa. Tadinya Tipang terdiri dari tiga desa, yaitu: Desa Tipang Dolok, Tipang Habinsaran, dan Tipang Hasundutan, tapi saat ini hanya tinggal satu desa saja.
Berbatas sebelah timur dengan danau Toba, sebelah selatan dengan Bakkara, sebelah barat dengan sisi terjal bukit arah Siria-ria dan sebelah utara dengan Janjiraja, disanalah terletak Negeri Tipang yang indah permai. Sama halnya dengan semua tempat yang terletak dibibir danau Toba yang amat permai pemandangan alamnya, tapi bagi sebagian orang khususnya marga Simamora dan Sihombing, Negeri Tipang adalah tempat yang merupakan bonapasogitnya. 

Ada Apa di Tipang ??

Tipang adalah nama dari seseorang yang disebut “Duhut-Duhut Simardimpos dohot Tano Simarhilop” yang topografinya dibagi dua, yaitu Tano Birong yang ditempati oleh Simamora dan keturunannya dan Tano Liat yang ditempati oleh Sihombing dan keturunannya.
Tipang adalah tempat yang banyak menyimpan sejarah atau Pusaka Peninggalan Raja Sumba dan tempat sakti.
Peninggalan bersejarahnya seperti:
Batu Pauseang
Disuatu tempat, yakni di bagian belakang atau sebelah selatan dari huta dari marga Hutasoit dan sebelah timur dari pusat keramaian Tipang, terdapat tiga “Batu Pauseang” yang diterima oleh Raja Sumba dari Raja Lontung.
Ketiga batu tersebut ukurannya kira-kira sebesar bola kaki yang diletakkan begitu saja dan hingga saat ini tidak terawat sama sekali dan hampir hilang ditutupi semak belukar yang rimbun.
Ketiga batu tersebut, yaitu:
1.      Batu Siboru Gabe :  Asa gabe dihajolmaon, gabe naniula (melambangkan kemakmuran atas sawah lading yang dikerjakan oleh seluruh keturunannya).
2.      Batu Siboru Torop:  Asa torop maribur huhut sangap angka pinomparna (yang melambangkan supaya berkembang biak / beranak pinak dan sukses seluruh keturunannya).
3.      Batu Siboru Sinur:  Asa sinur ma pinahan (melambangkan kemakmuran atas ternak yang dikembangbiakkan oleh seluruh keturunannya)
Ketiga Batu Pauseang tersebut pada masa dahulu, digunakan sebagai tempat sakral terlebih bila musim tanam tiba. Ketika masa mencangkul (ombahon) selesai dan tiba saatnya menanam padi, maka beberapa jenis padi dibawa ke Batu Pauseang, untuk didoakan dan diletakkan disana selama beberapa hari. Bila harinya tiba tersebut, para ibu akan datang kesana dan akan mendapati tanda bahwa jenis padi tertentulah yang akan ditanami di seluruh Tipang pada musim tanam itu.
Namartua Guminjang
Tempat mengisyaratkan suara ogung doal. Bila berbunyi maka akan ada orang yang Saur Matua
Namartua Sidimpuan
Tempat mengisyaratkan suara ogun oloan, pangoaran dan gordang bolon
Naposolahi-Lahi Ulian Mataniari
Suara dan tanda yang terbentang di Tipang.
Batu Partonggoan
Tempat berdoa untuk menolak mara bahaya.
Baru Jagar-Jagar
Batu berupa patung dimana tidak boleh berdusta.
Batu Maraktuk
Sigala-gala binaga (sebagai syarat akan terjadi peristiwa besar).
Gua Jarina
Gua yang dalam, tempat berdoa dan mensucikan diri.
Batu Sada
Tempat penyimpanan sari-saring (tulang-tulang) turun-temurun.
Pusaka Tanohajiran
Pusaka yang sangat ampuh untuk menolak bala (alogo nasohapundian, udan nasohasaongan dohot napajolo gogo).
Air Terjun
Tempat bersemedi untuk pensucian diri.














No comments:

Post a Comment